Memahami Hati Seorang Karyawan

Memahami Hati Seorang Karyawan

Sikap Karyawan dan Perusahaan
Kenapa sering kali ada bentrok antara karyawan dan perusahaan ?
Kenapa sering kali ada karyawan yang tidak puas terhadap perusahaan ?
Kenapa perusahaan sering kali tidak puas terhadap karyawan ?
Perusahaan adalah badan usaha yang berdiri dengan tujuan mencari keuntungan bagi pemiliknya atau pemegang saham.
Marketing adalah orang yang kerjanya berusaha agar pemilik perusahaan lebih kaya dari hari ini.
Karyawan adalah orang yang membantu perusahaan untuk mencapai tujuan. Karyawan adalahasset perusahaan yang harus dijaga dan dirawat agar tetap dapat menghasilkan keuntungan secara optimal terhadap perusahaan. Dapat diibaratkan seperti mesin pabrik, jika tidak dirawat (services, ganti oli, ganti spare part) jelas sudah tidak dapat menghasilkan produk secara optimal.
Pada umumnya : ""
Perusahaan menggunakan karyawan dengan tujuan dapat mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan dengan biaya seminimal mungkin. Diasumsikan dengan nilai (-10).
Karyawan bekerja pada perusahaan dengan tujuan mendapatkan imbalan yang sebesar-besarnya dengan mengeluarkan tenaga seminimal mungkin. Diasumsikan dengan nilai(+10).
Dilihat dari situasi umum ini, jelas merupakan dua hal dan tujuan yang sangat bertolak belakang.
Lalu bagaimana mengatasi hal ini. Ego kedua belah pihak harus diturunkan ke titik 0 atau mendekati nol (0) agar dapat saling bekerja sama.
Bagaimana cara menurunkan ego masing-masing pihak ?
Diibaratkan seperti kabel listrik, ada positif, ada negatif, ada ground. Jika kabel positif dan kabel negatif ketemu pasti akan terjadi korslet dan yang terparah bisa terjadi kebakaran. Inilah yang terjadi jika salah satu pihak teledor.
Saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai kepentingan masing-masing, kebutuhan masing. Inilah kabel ground itu.
Kedua kabel negatif dan positif dapat saling bekerja sama dengan adanya kabel ground. Jika tidak ada kabel negatif dan kabel positif listrik tidak dapat mengalir.
Masing-masing pihak harus sejalan dan saling bekerja sama seperti kabel listrik ini. Jangan sampai salah satu pihak melangkahi jalur/kepentingan pihak lain ibarat kabel yang positif dan negatif yang saling menyilang. Perusahaan dan karyawan harus berjalan sejajar untuk mencapai tujuan tanpa bersilangan. Kapan bersilangan, saat itulah terhadi korsleting, saat itulah terjadi bentrok.
Namanya juga manusia, perusahaan itu adalah terdiri dari orang-orang pemegang saham, dan karyawan juga itu manusia biasa. Ada kalanya ego masing-masing pihak meningkat yang mengakibatkan kepentingan pihak lain terganggu, seperti kabel PLN saja sering korslet sendiri karena cuaca. Misalnya ada suatu masalah di perusahaan, client belum bayar, client minta macam-macam dan cepat dan lain-lain. Bagaimana pun yang terjadi ini adalah korslet kecil yang masih dapat diperbaiki. Ini diibaratkan seperti tiba-tiba arus positif tidak stabil dan memakanresource banyak sehingga arus negatif melemah, akibatnya tegangan listrik turun-naik, harddisk bisa rusak dan lain-lain. Atau diibaratkan tiba-tiba arus negatif menguat, misalnya tiba-tiba karyawan nuntut naik gaji. Bagaimana caranya mengatasi hal ini. Gunakan stavolt (Stabilizer).
Stavolt dalam filosofi ini adalah pengertian dari masing-masing pihak. Misalnya dalam kondisi tadi, perusahaan memberi bonus kecil-kecilan, gaji tepat waktu meskipun client belum bayar, makan malam, diskusi hal di luar pekerjaan (kekeluargaan). Dan dari pihak karyawan melihat kondisi tadi jika tidak selesai perusahaan tidak dibayar client, cobalah loyal kepada perusahaan dengan lembur dan menyelesaikannya tanpa tuntutan.
Meskipun sudah demikian, pasti selalu masih ada masalah antara karyawan dan perusahaan. Apa masalahnya ?
Kekecewaan dari kedua belah pihak akibat bayangan yang tidak nyata, pengharapan berlebihan dan keinginan.
Hal ini agak sulit dijelaskan dengan perumpaan algoritma. Dibutuhkan sedikit pemahaman psikologi dan pengalaman.
Pada saat sudah terjadi posisi nol (0) stabil, biasanya bayangan, image karyawan terhadap perusahaan sangat baik, begitu pula sebaliknya. Dalam bayangannya karyawan menggangap bahwa atasannya, managernya, bossnya, direkturnya itu adalah seorang pimpinan yang sangat baik dan bijaksana. Begitu juga dengan para atasan mengganggap bahwa bawahannya itu sangat baik, rajin, loyal.
Satu saja kesalahan kecil baik yang dilakukan karyawan ataupun bawahan, dapat menyebabkan berubahnya image terhadap bawahan dan terhadap atasan.
Contoh: Biasanya gaji tidak pernah telat tiba-tiba gaji telat, image karyawan langsung berubah : "Wah ini perusahaan tidak beres nih ... ". Atau tiba-tiba bos marah besar, image karyawan : "Wah ternyata sifat aslinya si boss nih gini ya, saya kirain baik, ternyataaa...". Hal ini menimbulkan kekecewaan dari pihak karyawan, misalnya: " Ah mendingan saya resign ah gak tahan dengan bos kayak gitu, demo yuk, masa kita lembur capek udah gak dikasih bonus, lembur malah masih dimarahin".
Contoh: Biasanya karyawan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, jarang terlambat datang, sangat nurut. Tetapi misalnya suatu saat karyawan tersebut disuruh keluar kota dan karyawan tersebut menolaknya/menawar, image pimpinan langsung buruk : "Ahhh... ternyata kamu gak loyal, disuruh gitu aja gak bisa, saya kirain kamu loyal banget, rajin, pinter, ternyata males, pembangkang". Atau pekerjaan telat : "Gw kirain kamu jago bagaimana, ternyata gak ada apa-apanya, nyatanya project kamu telat, masa pekerjaan kayak gini aja lama banget dikerjain".
Kedua hal tersebut diatas merupakan suatu kesalahan besar yang sering terjadi.
Ada 2 solusi untuk menghadapi kedua contoh hal diatas :
1. Solusi yang mudah dilakukan tetapi peluang terulang masih besar.
Bicarakanlah baik-baik kepada bawahan yang kecewa, berikan alasan yang jelas, transparan, mudah diterima dan kesalahan itu jangan sampai sering-sering terulang lagi.
Atau habis memarahi karyawan, panggillah karyawan tersebut, bicarakan baik-baik, kalau perlu minta maaf lah, itu sudah cukup bagus.
Selidiki apakah betul kemampuan karyawan itu cuman segitu, perhatikan faktor-faktor lain, mungkin karyawan sudah kelelahan sehingga tidak dapat menyelesaikannya, atau memang sebelumnya belum pernah mendapatkan pekerjaan demikian sehingga perlu dipelajari lagi.
2. Solusi yang sulit diterapkan tetapi peluang terulang semakin kecil.
Karyawan jangan berharap terlalu banyak terhadap perusahaan, padamkanlah keinginan-keinginan semu, tetapi tetaplah bekerja secara baik dan tetaplah loyal kepada perusahaan. Dengan demikian jika terjadi hal-hal demikian karyawan tidak akan kecewa karena tidak ada tuntutan dan bayangan-bayangan lain. Tapi bukan berarti menganggap perusahaan buruk, tetapi netral, seimbang, tidak berpihak. Begitu juga terhadap perusahaan.
Kikislah perlahan-lahan segala keinginan dan angan-angat terhadap perusahaan, jangan menggangap atasan/perusahaan baik, karena jika sekali dia berbuat kesalahan terhadap karyawan, karyawan akan merasa kecewa. Tetapi jangan juga menggangap perusahaan itu jahat hanya mau peras tenaga, karena dengan demikian kamu tidak akan dapat bekerja secara optimal dan akibatnya perusahaan akan benar-benar tidak senang kepada kamu.
Bekerjalah secara netral.
Summary
  1. Perusahaan berusaha untuk memanfaat karyawan semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin.
  2. Karyawan berusaha mendapatkan imbalan sebesar mungkin dengan mengeluarkan tenaga sekecil mungkin.
  3. Jangan menggangap perusahaan/atasan itu baik karena akan menimbulkan kekecewaan.
  4. Jangan menggangap bawahan itu baik karena akan menimbulkan kekecewaan.
  5. Jangan menggangap perusahaan/atasan itu jahat karena akan merugikan diri sendiri.
  6. Jangan pernah menggangap bawahan itu jahat karena anda akan berbuat jahat kepada karyawan.
  7. Hiduplah secara netral, seimbang, kikis keinginan, angan, gambaran terhadap seseorang (Perusahaan dan karyawan).

Kenapa Kerja Itu Terkadang Terasa Membosankan?



“Sampai kapan mau jadi karyawan?” mungkin pertanyaan itu akhir-akhir ini sering terdengar di telinga Anda. Ya, seperti yang kita ketahui bersama, menjadi karyawan itu memang terkadang lebih banyak pengalaman pahitnya ketimbang pengalaman manis. Tapi apakah hanya itu faktor utama yang membuat seseorang menjadi bosan terhadap pekerjaannya? 


Tentunya tidak. Masih ada banyak faktor lainnya yang membuat seoarang karyawan tidak betah terhadap pekerjaannya. Mulai dari faktor teknis hingga non-teknis, dari faktor yang logis hingga yang tidak masuk akal. 


Berikut ini adalah beberapa alasan yang sering terlontar tentang kenapa seseorang bosan bekerja: 


1.Atasan yang Menyebalkan 
Percaya atau tidak alasan ini masih menjadi primadona untuk urusan kebosanan dalam bekerja. Ya, terkadang memang atasan yang merasa punya kuasa gemar sekali memerintah, bahkan sampai ke hal-hal yang tidak logis dan diluar pekerjaan. 


2.Suasana Ruangan 
Siapa yang betah dengan ruangan yang pengap, pendingin ruangan yang sering rusak, dan bau yang tidak sedap? Belum lagi ruangan itu dihuni oleh orang-orang aneh yang menyebalkan. Pasti Anda lebih memilih bekerja sebagai penjaga makam jika bertemu dengan suasana ruang kerja seperti itu. 


3.Gaji Tidak Sesuai 
Bukan mau mengajak Anda menjadi mata duitan, tetapi memang gaji adalah sebuah hal sakral yang membuat kita bertahan di tempat kerja. Coba saja bayangkan, jika Anda bekerja penuh 8 jam, tetapi gaji yang dihasilkan hanya cukup untuk menutupi ongkos Anda. Tentunya Anda akan lebih memilih berdiam di rumah bukan? 


4.Sistem Kerja dan Fasilitas yang Tidak Menunjang 
Bos Anda selalu menekan Anda dengan deadline, bahkan tak jarang beliau marah-marah sambil memaki Anda. Tetapi bos Anda tidak pernah mengoreksi diri bahwa fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tidak pernah memadai. Ya, ekspektasi berlebih tanpa ditunjang fasilitas dan sistem kerja yang baik tentunya akan membuat potensi Anda tidak berkembang dengan baik dan mungkin membuat Anda lebih memilih pergi. 


5.Putus Cinta dengan Rekan Satu Kantor 
Alasan yang satu ini memang terdengar konyol dan kurang profesional, tapi banyak dari karyawan yang mengalami hal ini. Rata-rata dari mereka kurang bisa menerima jika harus bertemu lagi dengan mantan pasangan mereka dalam satu kantor. Hal ini tentu bisa menjadi potensi besar yang menyebabkan seseorang bosan bekerja di tempat tersebut. 

Susahnya Menjadi Karyawan

(sumber dikutip dari The 8th Habit; Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan karya Stephen R. Covey).




Menjadi karyawan terkadang bisa menyenangkan dan kadang pula tak mengenakan. Namun lebih banyak porsinya—yang tak mengenakan yang didapatkan oleh seorang karyawan. Kalau pun mendapatkan hal yang menyenangkan itu tak lebih dari hanya beberapa persen saja. 10 persekian persen saja! Itu pun hanya sebagai penyenang sesaat saja dikala diri dalam usai mendapatkan tekanan dari atasan.


Pun saya sebagai karyawan sama merasakan hal itu. Di tempat kerja maupun di rumah—itu semua suara berjuta-juta karyawan di seluruh dunia yang berjuang untuk hidup dalam zaman baru ini. Deritanya tiada akhir—bersifat pribadi dan amat mendalam. Halnya diungkapkan oleh Carl Rogers,” Sesuatu yang amat pribadi (biasanya) juga sangat umum.” Dan hal ini pun diaminkan oleh Mario Teguh pula. Di dunia kerja hal itu seperti itu pasti ada. Atasan selalu mendikte dan selalu menekan bawahannya. Untuk itu pula Mario Teguh sudah mahfum bila diantara para peserta yang mengikuti acara ceremonial yang diselenggarkannya banyak para pesertanya mengungkapkan seperti itu. Jadi baginya itu tak asing untuk seorang Mario Teguh. Ia tak ingin berbuat seperti apa yang diungkapkan oleh mereka tentang atasan mereka yang selalu begini-begitu. Mario Teguh dengan bijak menjawabnya—sampai sekarang ia sangat bijak.


Jangankan mereka hal ini pun serupa yang dialami oleh saya. Walau tak sama. Serupa tapi tak sama. Walau hanya beda dalam divisi, perusahaan maupun situasi tetapi mengenai sikap-sikap yang dilakukan oleh atasan tidak jauh beda. Atasan ingin melampui target dan terus menekan karyawannya tanpa melihat batasan yang dilakukan oleh karyawannya sendiri. Karyawan dianggap sapi perahannya tanpa disadarinya. Apakah bawahannya sanggup melakukannya atau tidak. Atasan tak mau peduli!


Sungguh bila hal itu terus-menerus dialami oleh karyawan kemungkinan sebagai karyawan tak sanggup menerima perlakuan yang dilakukan oleh atasan tersebut. Dikarenakan suara mereka adalah makna personal yang unik—kapan dan dimana hal itu akan sama didengungkan oleh mereka yang berstatuskan karyawan. Saya pun pula seperti itu!


Memang hal itu tak mudah dilakukan oleh seorang karyawan. Tetapi itulah suara-suara orang di tempat kerja (karyawan) maupun berada di rumah. Kenapa hal itu terjadi karena lebih presentase yang sama bahwa mereka (karyawan)  sering mendapatkan tekanan luiar  biasa menghasilkan  lebih banyak, demi imbalan yang kecil. Banyak orang-orang menghadapi ekspetasi baru yang lebih tinggi, untuk memproduksi  lebih banyak, demi imbalan yang sedikit, dalam dunia  yang amat kompleks, dan mereka  tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan bakat yang ada, kecerdasan mereka dalam porsi sifgnifikan. Sungguh miris keadaan seorang karyawan bila seperti itu.


Ya, beginilah susahnya menjadi karyawan. Sering tak didengar dan digubris. Hanya dipandang sebelah mata. Dan lebih tragis (lagi) bila karyawannya itu lebih muda dan belum banyak pengalaman. Itu akan menjadi makanan empuk oleh atasan. Atasan itu pasti akan berkata,” Yang muda yang tak dipercaya.” Olala....*

Kategori

Kategori